Artikel

Berikut Fakta Konflik Israel Palestina yang Harus Diketahui

MilenialPos.com – Konflik antara Israel dan Palestina adalah salah satu konflik paling kompleks, kontroversial, dan berkepanjangan dalam sejarah dunia.

Sejak akhir abad ke-19, wilayah yang disengketakan di Timur Tengah sering menjadi tempat bentrokan dan masing-masing bangsa berusaha mempertahankan wilayahnya sendiri.

Dengan ramainya perbincangan di dunia maya oleh warganet atas serangan Israel kepada warga sipil Palestina di Masjid Al Aqsa baru-baru ini, topik ini pun muncul kembali.

Dilansir dari History Hit, berikut ini lima fakta tentang konflik Israel dan Palestina yang harus diketahui:

1. Konflik cenderung soal perebutan tanah

Meskipun secara umum digambarkan sebagai bentrokan yang memecah belah antara Islam dan Yudaisme, konflik Israel dan Palestina adalah salah satu yang berakar pada persaingan nasionalisme dan klaim teritorial.

Ilustrasi tentara Israel. [shutterstock]
Ilustrasi tentara Israel. [shutterstock]

Pada abad ke-19, banyak negara menyerukan kemerdekaannya sendiri. Di antara politisi dan pemikir yang mendukung nasionalisme, Theodore Herzl, seorang jurnalis Yahudi, menyerukan pembentukan negara untuk orang Yahudi. Saat ini, ia dianggap sebagai bapak pendiri Zionisme.

Sementara itu, bangsa Palestina yang pertama kali dikendalikan oleh Ottoman dan dijajah Inggris, telah lama menginginkan negara Palestina merdeka.

Akibatnya, konflik berpusat pada nasionalisme yang bertabrakan, dengan masing-masing pihak gagal untuk mengakui legitimasi klaim.

2. Masalah dimulai selama periode British Mandatory

Inggris menciptakan institusi berbeda untuk Muslim, Kristen, dan Yahudi yang menghambat komunikasi dan mendorong tumbuhnya perpecahan.

Selain itu, menurut Balfour Declaration, Inggris memfasilitasi imigrasi orang Yahudi Eropa ke Palestina. Ini menandai perubahan signifikan dalam hubungan antara kedua kelompok.

Akibatnya, dalam periode antara 1920-1939, populasi Yahudi meningkat lebih dari 320.000.

Tidak seperti Yahudi Palestina, orang Yahudi Eropa tidak berbagi pengalaman hidup yang sama dengan tetangga Muslim dan Arab.

Sebaliknya, mereka berbicara bahasa Yiddish dan membawa serta budaya dan gagasan mereka sendiri, termasuk nasionalisme.

3. Perang Arab-Israel 1948 Jadi titik balik dalam konflik tersebut

Bendera Palestina. [Shutterstock]
Bendera Palestina. [Shutterstock]

Pada 1948, setelah bertahun-tahun meningkatnya ketegangan dan kegagalan upaya untuk membagi Palestina menjadi dua negara oleh PBB, perang pecah antara Israel dan koalisi negara-negara Arab.

Selama periode tersebut, Israel membuat Deklarasi Kemerdekaan dan secara resmi mendirikan negara Israel.

Sehari setelahnya dinyatakan sebagai Hari Nabka atau Hari Bencana oleh bangsa Palestina. Peperangan terjadi selama sembilan bulan dan Israel berhasil menguasai lebih banyak wilayah daripada sebelumnya.

Bagi orang Israel, ini menandakan awal negara-bangsa mereka dan realisasi keinginan lama untuk memiliki tanah air Yahudi.

Bagi bangsa Palestina, itu adalah awal dari akhir, membuat mereka tidak memiliki kewarganegaraan. Sekitar 700.000 warga Palestina mengungsi selama perang, melarikan diri ke negara-negara tetangga Arab.

4. Palestina melakukan pemberontakan terorganisir pertama

Intifada adalah dua pemberontakan Palestina melawan Israel, yang pertama terjadi di akhir 1980-an dan yang kedua di awal 2000-an.

Pemberontakan tersebut merupakan reaksi Palestina terhadap penganiayaan dan penindasan yang dilakukan Israel selama bertahun-tahun.

Kemarahan yang meningkat ini memuncak pada tahun 1987 ketika sebuah mobil sipil bertabrakan dengan sebuah truk IDF. Empat warga Palestina tewas, memicu gelombang pasang protes.

Bangsa Palestina menggunakan beberapa taktik dengan memanfaatkan kekuatan ekonomi dan politik, seperti boikot institusi Israel, penolakan untuk membayar pajak Israel, atau bekerja di pemukiman Israel.

Pengunjuk rasa Palestina mendirikan barikade yang terbakar di Kota Tua Yerusalem, pada (8/5/2021). [EMMANUEL DUNAND / AFP]
Ilustrasi pengunjuk rasa Palestina mendirikan barikade yang terbakar di Kota Tua Yerusalem. [EMMANUEL DUNAND / AFP]

Israel menanggapinya dengan keras. Jam malam diberlakukan, rumah Palestina digeledah, dan membatasi persediaan air. Sebanyak 1.962 orang Palestina dan 277 orang Israel tewas selama kekacauan itu.

5. Palestina diatur oleh Otoritas Palestina dan Hamas

Sebagaimana ditetapkan oleh Oslo Accords 1993, Otoritas Nasional Palestina (PNA) diberikan kendali pemerintahan atas sebagian Gaza dan West Bank. PNA dipimpin oleh Presiden Mahmoud Abas.

Saat ini, Palestina diatur oleh dua organisasi. PNA sebagian besar mengontrol West Bank, sementara Hamas menguasai Gaza.

Pada 2006, Hamas memenangkan mayoritas dalam Pemilihan Dewan Legislatif. Sejak itu, hubungan yang retak antara kedua faksi tersebut telah menyebabkan kekerasan, dengan Hamas menguasai Gaza pada 2007.

Konflik antara Israel dan Palestina hingga saat ini masih terus berlanjut. Terbaru, bentrokan terjadi di luar Kota Tua Yerusalem ketika puluhan ribu jamaah Muslim sedang solat di Masjid Al Aqsa pada malam suci Lailatul Qadar.

Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
Close
Close