KabarKejadianUmum

Cerita Pengusaha WO Banting Setir Jadi Pembuat Peti Mati Imbas Pandemi

MilenialPos.com – Bisnis jasa pernikahan menjadi salah satu sektor usaha yang sangat terkena dampak dari situasi pandemi COVID-19. Pembatasan mobilitas warga, membuat pengguna jasa bisnis pernikahan sepi order karena pernikahan identik dengan kerumunan orang.

Sepinya order jasa dekor pernikahan, membuat banyak pebisnis di bidang ini banting setir. Salah satunya dialami oleh Ranky Safitri, pengusaha wanita kelahiran 1987 asal Bogor.

Ranky yang sudah menggeluti bisnis jasa dekor untuk pernikahan sejak lebih dari 10 tahun lalu ini, akhirnya banting setir jadi pengusaha pembuatan peti mati untuk korban COVID-19.

Pandemi COVID-19 yang melarang orang berkerumun, memaksa Ranky dan sang suami memutar otak agar tetap menghasilkan cuan.

“Saya mulai terjun ke bisnis pembuatan peti mati ini sebenarnya sejak awal-awal pandemi, April 2020. Soalnya usaha wedding waktu itu juga langsung turun,” kata Ranky menceritakan awal ia menggeluti bisnis peti mati, Kamis (8/7/2021).  360p geselecteerd als afspeelkwaliteit

Meski memiliki latar belakang yang berbeda, Ranky tidak mau peti buatannya berkualitas rendah dan tidak sesuai standar umum. Karena kebanyakan peti mati disimpan terlebih dulu dalam jangka waktu tertentu sebelum digunakan.

“Karena kita punya workhop yang mumpuni dan tahu standar spek-nya, kita berani untuk buat. Dan pada saat itu sepertinya belum banyak vendor yang bikin peti,” katanya.

“Peti yang kita buat menggunakan multiflex, kayu solid dan dilapisi bahan anti air dan kain,” imbuhnya.

Ranky menyebut, tidak sedikit yang memanfaatkan brand produksinya untuk dipasarkan kembali dengan harga mahal. “Barusan ada yg minta spek rendah pakai material MDF supaya harganya turun, Tapi aku tolak. Material MDF itu kayak bahan lemari yang serbuk kayu itu. Soalnya bahan MDF itu kalau kena lembab, apalagi basah, dia langsung lapuk,” cerita Ranky.

“Apalagi ambil banyak terus ditaruh di gudang penyimpanan, pasti lembab dan berjamur dan cepet lapuk. Memang murah, tapi nggk berani ambil resiko, makanya order ditolak,” kata Ranky menambahkan.

Pesanan peti mati di masa pandemi, kata Ranky, memang lebih banyak ordernya dibanding ketika ia masih usaha jasa dekor pernikahan. Dalam sehari, 12 pekerjanya mampu membuat 10-15 peti yang dipesan dari Bogor maupun luar Bogor.

“Untuk pemesan kebanyakan kita itu RS Swasta, yang pesan secaea individu juga banyak,” kata alumni Sekolah Tinggi Perhotelan Bandung ini.

Ranky berharap, teman-teman satu profesinya tetap bersemangat dan tetap mencari peluang bisnis di masa pandemi.

“Prinsip kita, sesulit apapun kondisinya kita yakin selalu ada peluang di kondisi itu. Saya yakin pengusaha lain yg terkena imbas covid, pasti juga akan nemu peluang untuk mendapatkan rezeki di kondisi seperti ini. There’s a will there’s a way,” tutup Ranky.

Source : detiknews

Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
Close
Close