Artikel

Selamat Jalan Dedy Widjaya, Ketua Umum Indonesia-Tionghoa Jabar

Eni Saeni, M.I.Kom

Dedy Widjaya, adalah salah satu narasumber saya saat saya memegang amanah sebagai Kabiro TEMPO Jabar. Pada rentang 2012 hingga 2017 kami sering bertemu dan diskusi tentang ekonomi Jabar. Suatu sore pria yang selalu bicara dengan tersenyum ini menelepon saya, mengundang saya untuk ngobrol santai tentang keberagaman budaya.

Saya heran menerima undangannya, nggak biasanya Pak Dedy, begitu saya menyapa beliau, mengajak diskusi soal budaya dan keberagaman. Latar belakang Pak Dedy adalah pengusaha, Ketua Apindo Jabar dan biasanya saya diskusi dengan beliau tentang ekonomi Jabar, tentang buruh, pabrik, hingga kebijakan-kebijakan pemerintah terkait masalah ekonomi .

Karena pertemanan yang sudah terjalin baik, saya terima undangannya, lalu kami bertemu di sebuah cafe di Jalan Sumatera. Saya lebih dulu sampai di kafe yang sudah beliau tentukan. Tak lama menunggu, ia datang bersama Pak Martin, koleganya yang ia dikenalkan kepada saya.

Pak Dedy memulai pembicaraan dengan senyum khasnya, ia bertutur runtut, memaparkan tentang peristiwa-peristiwa intoleransi yang belakangan terjadi di Jabar. Ada nestapa terlihat di matanya saat ia bercerita tentang rusaknya nilai-nilai luhur, budaya dan tradisi yang tergerus oleh sikap-sikap pongah sekelompok orang.

Menurutnya sikap intoleransi yang memunculkan paham radikalisme itu muncul karena pengaruh informasi global dan mulai lunturnya budaya Sunda dengan falsafah hidup yang begitu luhur, yakni silih asih, silih asah, silih asuh dan silih wawangi.

Menurut dia, keberagaman adalah aset yang harus dihargai, dihormati dan dipelihara. Falsafah hidup urang Sunda harus menjelma di setiap prilaku urang Sunda. Di Tatar Sunda, ada banyak suku hidup di sana, rukun, damai tanpa gesekan, mulai dari suku Sunda, Jawa, Batak, dan sebagainya. Orang Tionghoa juga sudah berabad-abad lampau hidup rukun dan damai dengan urang Sunda. Bahkan perkawinan antara suku Sunda dan orang Tionghoa membuat kekerabatan dan persaudaraan semakin erat.

Namun, ketika muncul sikap intoleransi, ia pun resah. keresahan itu terpancar di matanya, kegundahan seorang Ayah akan nasib anak-anaknya dan cucu-cucunya kelak.

Menurutnya intoleransi dan radikalisme tak akan muncul jika masyarakat Sunda memegang tradisi falsafah hidupnya, silih asih, asah, asuh dan silih wawangi. Nilai kearifan lokal, saling mengasihi, menyayangi, mengajarkan kebaikan, membimbing, saling membantu, menolong dan bergotong royong serta saling menjaga martabat keluarga dan orang lain tanpa membuka aibnya. Semua itu mampu menangkal paham-paham radikalisme dan intoleransi.

Karenanya ia merasa menjadi bagian yang harus ikut serta merekatkan kembali rasa persaudaraan dan persatuan diantara anak bangsa. Negeri ini, kata Pak Dedi harus dibangun oleh semua elemen anak bangsa. Jadi saatnya bersatu, berkolaborasi, bersinergi tanpa melihat latar belakang, suku, agama, dan bahasa. Untuk Indonesia, kita semua harus bersatu menyingsingkan lengan baju dan menyatukan jiwa untuk mencintai Tanah Air.

Intinya, pada pertemuan itu, Pak Dedy meminta saya untuk bergabung di Perhimpunan Indonesia-Tionghoa Jabar, organisasi non profit yang konsern pada masalah sosial dan budaya. Dengan hati terbuka, saya menerima dengan hormat tawaran Pak Dedy untuk bergabung di Inti-Jabar.

Di Inti Jabar, saya melihat keluarga besar Indonesia yang guyub, saling meneguhkan, dan memelihara keberagaman sebagai aset bangsa.

Saya selalu ingat pesan Pak Dedy, silih asih, silih asah, silih asuh, dan silih wawangi, falsafah hidup urang Sunda yang harus terus dilestarikan dan ada dalam setiap tarikan nafas Urang Sunda.

Hatur nuhun Pak Dedy telah mengajak saya di Inti Jabar dan di sana saya belajar banyak tentang perbedaan, keberagaman, dan toleransi.

Selamat jalan Pak Dedy Widjaja, guru toleransi. Saya bersaksi Pak Dedy orang baik. Kini kau ada di keabadian bersama Tuhan yang akan terus menyayangimu.

Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
Close
Close