Hiburan

5 Film yang cocok jadi tontonan di saat suasana Kemerdekaan

MilenialPos.com – Bertepat hari ini tanggal 17 Agustus 2021 Indonesia merayakan Hari Kemerdekaan yang ke-76. Dan ini merupakan kedua kalinya Indonesia merayakan Hari Kemerdekaan di tengah pandemi Covid-19.

Pada situasi seperti ini, kita lebih banyak melakukan aktivitas di dalam rumah. Menonton film-film tentang sejarah Indonesia ini bisa jadi alternatif perayaan 17an kalian.

Berikut rekomendasi film yang cocok ditonton disaat suasana kemerdekaan Republik Indonesia.

  • Soekarno (2013)

Film ini bercerita tentang perjuangan Soekarno (Presiden RI Pertama) dalam melawan penjajah dan memerdekakan Indonesia. Film biopic tentang Soekarno (Ario Bayu) yang berusaha memperjuangkan hak-hak dan tanah Indonesia ketika dijajah oleh Belanda dan Jepang. Keyakinan dan usahanya untuk terus membujuk masyarakat Indonesia bersatu akhirnya benar-benar terwujud ketika Soekarno sudah berusia 24 tahun. Soekarno berhasil memekikkan kemerdekaan dengan pidatonya yang melegenda.

  • Sang Pencerah (2010)

Mengisahkan Darwis yang pergi haji dan belajar agama islam. Kembali dari Mekkah, Darwis mengganti namanya menjadi Ahmad Dahlan dan mulai memberikan ajaran islam, membuka sekolah, mendirikan masjid, hingga nantinya ia mendirikan Muhammadiyah.

Metode berfikir Kyai Haji Ahmad Dahlan ini adalah bagaimana mengembangkan epistimologi penelitian Hadist Sahih dengan mengembangkan tradisi kritik. Kritik terhadap teks (matan), kritik terhadap perawi dan konteks (logika), dan juga diakhiri dengan istikharoh, berserah diri kepada Allah setelah ikhtiar maksimalnya sebagai sebuah pencarian kebenaran intuitif.

  • Guru Bangsa: Tjokroaminoto (2015)

Film ini berlatar zaman penjajahan dan membahas spesifik tentang Tjokro yang terlahir dari kaum bangsawan Jawa dengan latar belakang islam yang kuat. Beliau dikenal sebagai guru besar karena telah menjadi guru bagi pemimpin-pemimpin yang akan berpengaruh pada kemerdekaan Indonesia. Dia berjuang bersama Haji Samanhudi untuk mengubah Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat Islam.

Setelah lepas dari era tanam paksa di akhir tahun 1800, Hindia Belanda (Indonesia) memasuki babak baru yang berpengaruh ke kehidupan masyarakatnya. Yaitu dengan gerakan Politik Etis yang dilakukan oleh pemerintah Belanda. Tetapi kemiskinan masih banyak terjadi. Rakyat masih banyak yang belum mengenyam pendidikan dan kesenjangan sosial antar etnis dan kasta masih terlihat jelas.

Di saat itulah muncul sosok Raden Oemar Said Tjokroaminoto atau kemudian lebih dikenal dengan Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto, yang lahir dari kaum bangsawan Jawa dengan latar belakang keislaman yang kuat. Ia tidak diam saja melihat kondisi tersebut. Walaupun lingkungannya adalah keluarga ningrat yang mempunyai hidup nyaman dibandingkan dengan rakyat kebanyakan saat itu. Hatinya merasa terbelenggu.

  • Jendral Soedirman (2015)

Kisah bermula ketika Belanda secara sepihak memutuskan perjanjian Renville dan menghentikan genjatan senjata. Pada 19 Desember 1948, Jenderal Simons Spoor (Eric Van Loon) memimpin Agresi Militer II dengan menyerang wilayah ibu kota Indonesia saat itu, Yogyakarta. Soekarno (Baim Wong) dan Mohammad Hatta (Nugie) juga ditangkap dan diasingkan ke Pulau Bangka.

Belanda kemudian menyatakan bahwa kedaulatan Indonesia sudah tidak ada lagi. Namun, dari dalam hutan, Jenderal Soedirman (Adipati Dolken) menyiarkan bahwa Indonesia masih ada. Dengan kondisinya yang sedang menderita karena sakit paru-paru, Jenderal Soedirman tetap memimpin perang gerilya di Tanah Jawa.

Berkat kepemimpinan heroik dari Jenderal Soedirman, Tanah Jawa pun berubah menjadi medan perang yang luas. Hal tersebut membuat penjajah Belanda kewalahan hingga kehabisan logistik dan waktu.

  • Kartini (2017)

Film Kartini bercerita tentang perjuangan Raden Adjeng Kartini pada awal 1900 Masehi untuk memperjuangkan hak-hak perempuan, terutama dalam mendapat pendidikan yang tinggi.

Film ini berawal dari Kartini (Dian Sastrowardoyo) yang tumbuh dengan dengan melihat langsung ibunya, Ngasirah (Christine Hakim) menjadi orang yang terbuang di rumahnya sendiri.Hal tersebut dikarenakan ibunda Kartini bukanlah keturunan ningrat, sehingga ia hanya menjadi seorang pembantu.

Dalam film tersebut diperlihatkan bagaimana Kartini berjuang untuk kesetaraan pria dan wanita, terutama dalam hal pendidikan. Diketahui, pada awal tahun 1900 Masehi, perempuan tidak diperbolehkan memperoleh pendidikan tinggi, bahkan untuk para Ningrat sekalipun.

Semoga rekomendasi film ini dapat membangkitkan jiwa nasionalisme kita semua.

sumber : ngebahasfilm (ig).

Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
Close
Close