MilenialPos.com – Halo Sobat Milenial! Kembali lagi bersama penulis yang masih amatir ini hihi. Sobat, pada kesempatan kali ini yang bertepatan dengan hari kelahiran penulis. Penulis ingin membagikan pengalaman penulis mengenai konsep “Give and Give”.
Pernahkah Sobat mendengar atau mengalami konsep tersebut?
Ya, hampir seluruh manusia di dunia ini pada dasarnya merasakan dan mengalami kondisi tersebut. Akan tetapi, istilah-istilah yang digunakan bisa saja berbeda. Ada pula yang menyebutkannya sebagai “Take and give” ada juga yang meyakininya sebagai “Give and give”.
Lantas, apakah terdapat perbedaan diantara kedua konsep tersebut? Perbedaannya terletak pada keyakinan.
Mereka yang mempercayai konsep “Take and Give” meyakini bahwa jika kita ingin menerima sesuatu, maka kita harus memberikan sesuatu terlebih dahulu. Keyakinan ini tidak bisa dikatakan salah. Mengapa? Karena fenomena tersebut memang terjadi dan nyata. Sebagai salah satu contoh, ketika kita memberikan tenaga, waktu, serta pikiran kita dalam mengerjakan sesuatu hal. Maka kita akan menerima apresiasi atau pun penghargaan bahkan upah/gaji dari pekerjaan yang sudah kita lakukan. Singkatnya, subjek yang menjadi konteks dalam hal ini adalah orang yang sama. Konsep seperti ini, bukankah dialami oleh semua orang?
Berbeda hal nya dengan konsep “Give and Give” yang meyakini apabila kita sebagai seorang manusia, hendaknya hanya memberi dan memberi tanpa mengharapkan imbalan atau balasan dari hal yang sudah kita berikan. Dalam artian, ketika kita melakukan kebaikan kepada seseorang maka orang tersebut tidak perlu atau harus kembali melakukan kebaikan lagi kepada kita. Karena yang menjadi fokus kita adalah memberi dan memberi, tanpa mengharap balas. Jika orang tersebut membalas kebaikan yang kita lakukan, maka hal itu hanyalah sebagai bonus atau pun keberuntung bagi orang-orang yang meyakini konsep ini.
Jika konsep “Take and Give” berfokus kepada apa yang telah diberikan dan apa yang akan didapatkan. Maka, konsep “Give and Give” hanya terfokus kepada pemberian diri kita kepada orang lain tanpa menghiraukan apa yang akan kita dapatkan nanti.
Menurut penulis, keduanya benar. Kita bisa menerapkan kedua konsep tersebut secara bersamaan pada konteks yang berbeda. Memang kita harus meyakini bahwa hasil tidak akan pernah mengkhianati usaha. Sesuai dengan konsep “Take and Give”, berikan usahamu semaksimal mungkin maka kamu akan mendapat hasilnya.
Eits, tapi jangan seneng dulu hehe. Pada kenyataannya, sudah berapa banyak usaha termaksimalmu sekalipun tidak mendapatkan hasil? Bahkan bisa dikatakan nihil atau tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Oleh sebab itu, kita jangan terlalu memaksakan diri. Sudah menjadi fitrahnya, bahwa hasil memang dapat mengkhianati usaha. Jangan menyalahkan diri sendiri. Stres iya, ketemu solusinya engga! Itu yang penulis alami.
Rupanya bukan hanya sisi ego kita saja yang perlu diperhatikan. Akan tetapi juga sisi keikhlasan, sisi kebaikan, sisi kelembutan, sisi keramahtamahan, dan sisi-sisi baik lainnya tanpa harus dibebani dengan suatu keharusan bahwa kita akan mendapatkan kembali apa yang telah kita beri.
Berat memang, tapi itulah dunia! Dunia ini gak seindah ketika kita mendengar suara nyanyian dari ibu kita tercinta. Dunia ini memang keras, tapi bukan berarti kita lemah! Justru, diri kita yang sudah berubah lebih kuat dari yang sebelumnya. Bahkan tanpa kita sadari 🙂
Kita hanya tinggal menjalaninya sebaik mungkin dengan ikhlas dan sabar!
Marilah kita pahami bersama, bahwa keikhlasan yang kita miliki akan mendatangkan kekuatan yang lebih besar lagi kepada diri kita.
Salam Berkarya. Salam Milenial
