Life Style

Hargai Manusia! Mari Hentikan Perilaku “Body Shaming”

MilenialPos.com – Body Shaming merupakan perlakuan tidak pantas yang kerap kali dialami oleh seseorang. Bentuknya ialah dengan melontarkan ejekan serta celaan yang dibalut rapih dengan kata “BERCANDA”. Sayangnya, hal ini masih dianggap lumrah oleh khalayak ramai. Padahal dampaknya tidak se-bercanda itu untuk disepelekan dan tidak dianggap serius. Perlu digarisbawahi bahwa Body Shaming termasuk salah satu bentuk dari kekerasan verbal atau bullying. Dimana dampak terburuk dari kejadian tersebut adalah munculnya depresi bagi sang korban. Meski diiming-imingi dengan kata “kritik”, namun hal yang dikritik bukanlah perlakuan atau perbuatan yang salah. Melainkan sebuah bentuk, ukuran dan penampilan fisik dari orang lain. Oleh karena itulah, body shaming dapat dikategorikan sebagai kekerasan verbal.

Dengan melakukan body shaming kepada orang lain, maka kita telah melakukan kekerasan verbal yang dapat mengakibatkan orang lain depresi bahkan sampai ingin membunuh diri. Singkatnya, kita telah menjadi alasan orang lain untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Meski, hal tersebut bisa saja tidak kita sadari secara penuh. Kita tidak bisa mengendalikan orang lain sesuka hati. Akan tetapi, kita bisa mengendalikan ucapan yang kita lontarkan tanpa harus menyakiti.

Jika kamu pernah secara sengaja maupun tidak sengaja mengomentari bentuk tubuh orang lain. Maka, kamu harus secepatnya meminta permohonan maaf karena telah menyakiti hatinya. Jika kamu pernah mencela ukuran tubuh orang lain. Maka, kamu harus meminta maaf karena telah membuatnya tidak percaya diri. Jika kamu pernah menghina penampilan fisik seseorang baik dari segi pakaian sampai kepada model rambut dan lain sebagainya. Maka, kamu harus minta maaf secepatnya karena tidak memahami perbedaan selera setiap orang. Intinya, kamu harus meminta maaf atas apa yang kamu ucapkan ketika ucapan tersebut menyakiti hati mereka. Jangan biarkan api dendam membara, hanya karena seuntaian kata yang berawal dari “bercanda”.

“Cie, gendutan”

“Ih sekarang kurus deh”

Please! Open Your Mind! Tubuhnya adalah miliknya. Bukan milik orang lain apalagi kita yang bahkan tidak terlibat secara langsung dalam proses tumbuh kembangnya. Kurang-kurangin untuk mengomentari bentuk fisik orang lain yaaa! Kalo bisa dihilangkan saja kebiasaan buruk itu.

“Tinggi kamu kurang dari 1 meter yah, mirip kurcaci deh”

“Wah, kamu tinggi banget, mirip kaya tiang bendera hihi”

Helloooow, dia ga pernah minta buat dilahirkan dengan ukuran tubuhnya saat ini. Pada dasarnya setiap orang menerima apapun yang Tuhan berikan kepadanya. Akan tetapi, komentar kamu yang seperti itu, bikin orang lain jadi gabisa buat bersyukur lagi. Emangnya siapa yang bisa melawan kehendak Tuhan akan makhluk ciptaanNya? Kamu? Jelas Engga dong! Jadi, tolong hentikan tindakan bullying yang kamu lakukan. Meski terkemas rapih dalam konteks yang menurutmu candaan semata. Pada kenyataannya, body shaming tetaplah sebuah tindakan kekerasan verbal.

“Gaya rambut kamu norak deh, keriting kaya mie gitu”

“Tas kamu koq warnanya pink? kan kamu cowo?”

Ketahuilah! Bukan dia yang ga paham penataan rambut, tapi kamu yang belum paham indahnya perbedaan dan uniknya keberagaman. Seleramu tak harus sama dengan orang lain. Dan kamu juga tidak bisa memaksa orang lain untuk mengikuti seleramu itu. Cobalah sesekali untuk membayangkan, bagaimana jika kamu harus mengikuti selera orang lain. Padahal kamu sangat jelas tidak menyukainya, tapi kamu tetap terpaksa mengikuti hal tersebut agar tak diejek lagi. Bukan tentang gaya atau pun selera yang perlu ditekankan pada konteks ini. Tapi tentang bagaimana kita bisa sama-sama belajar untuk menghargai pilihan orang lain.

“Baju kamu jelek banget, lusuh gitu kaya ga pernah disetrika”

Kamu tau kenapa dia bisa pakai baju jelek? Karena dia tidak lahir seberuntung kamu yang bisa berpenampilan dengan baju bagus dan mahal. Mungkin saja, baju yang ia kenakan adalah baju paling bagus yang ia miliki. Kamu tahu perjuangannya untuk membongkar seisi lemari untuk menemukan baju itu? Tentu saja tidak. Terlebih lagi, kamu juga tidak mengetahui apakah ia mampu membeli alat setrika sampai kepada mampukah ia serta keluarganya membayar tagihan listrik? Kamu jelas tidak mengetahui hal tersebut. Karena dia terlahir dengan mental yang kuat serta hati yang ikhlas untuk menerima keadaannya. Sehingga, ia tidak pernah menceritakan kesulitannya pada orang lain. Tapi satu komentarmu itu, bisa saja meremukkan hatinya. Bisa saja menjadi penyebab dari jatuhnya air mata kedua orang tuanya yang belum bisa memfasilitasi anak mereka seperti yang orang tuamu lakukan.

Please! Jadilah manusia yang punya hati. Jadilah pribadi yang mudah memahami dan mengerti. Hargai Manusia dengan segala keadaannya. Hentikan perilaku “Body Shaming” sekarang juga.

Jannatul Ma’wah

Baik mengenai bentuk, ukuran, maupun penampilan sampai kepada kemampuan orang lain adalah hal yang tidak bisa kita komentari sesuka hati. Meski kamu menemukan seratus alasan untuk dapat mengomentarinya. Kamu harus tahu bahwa di dunia ini ada seribu bahkan puluhan sampai ratusan ribu alasan yang membuat kamu tidak bisa berkomentar.

So, mulailah meminta maaf atas apa yang kamu ucapkan terkait hal-hal diatas. Mari bersama-sama membiasakan diri untuk memberi dukungan kepada orang lain dengan cara apapun selagi kita bisa. Kita ga pernah tahu apa yang orang lain rasakan. Tapi, kita dapat memahami bahwa dunia ini masih berlaku hukum sebab-akibat. Apabila kita melakukan kebaikan, maka yang kita dapatkan setelahnya adalah kebaikan pula. Begitu pun dengan keburukan yang kita lakukan. Singkatnya, kondisi seperti itu seringkali disebut sebagai hukum karma.

Artikel ini jauh dari kata sempurna, namun ditulis dengan segala rasa yang terpendam lama. Apabila ada hal yang kurang berkenan, kamu dapat menyampaikannya melalui kolom komentar. Jika kamu merasakan, emosi yang penulis tuangkan pada tulisan yang satu ini. Tolong jangan membiarkan tulisan ini dibaca olehmu saja. Sebarkan kepada teman terdekatmu, keluarga, saudara, kerabat, atau orang-orang yang kamu sayangi serta menyayangimu.

Belenggu Pandemi Covid-19 masih menghantui kita, jangan tambahkan lagi dengan tekanan mental yang berbalut kata “BERCANDA”.

Oleh : Jannatul Ma’wah

Gunakan Maskermu, Selamatkan Nyawamu, dan Ciptakan Karyamu.

Salam Berkarya, Salam Milenial

Tags

Jannatul Ma'wah

Lulusan Sarjana Pendidikan Non Formal dengan Indeks Prestasi Kumulatif 3,79/4.00. Pribadi yang memiliki rasa percaya diri dan semangat yang tinggi. Mampu bekerjasama dalam tim maupun secara individu. Mampu bekerja dibawah tekanan dan sangat berambisi untuk terus belajar. Memiliki banyak pengalaman baik dalam berorganisasi maupun berprestasi terutama dalam mengajar dan menulis. Ingin mengenal lebih dekat kunjungi profil Instagram @Jannah_1409 atau Jannatul.mawah1409@gmail.com

Related Articles

One Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
Close
Close