ArtikelKampusUmum

IPK Tinggi vs Organisatoris, Kenapa Nggak Keduanya?

MilenialPos.com – Mahasiswa merupakan sebutan bagi para individu yang tengah mengenyam pendidikan tinggi. Kata mahasiswa sendiri dapat diartikan secara etimologis. Dimana terdapat dua kata yaitu “Maha” (besar, tinggi) dan “Siswa” (pelajar, orang yang belajar). Sehingga secara terminologi, kata mahasiswa dapat diartikan sebagai orang yang sedang mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan secara lebih mendalam dengan tingkat yang lebih tinggi.

Secara keseluruhan, dunia perkuliahan dengan dunia sekolah memiliki banyak perbedaan. Mulai dari latar belakang antar mahasiswa, sampai kepada teknis pembelajaran yang dilakukan di kelas.

Apabila kita flashback ke masa sekolah dulu, maka kita akan mengingat ekstrakurikuler sebagai kegiatan tambahan di luar kelas. Selain itu, kita juga akan mengingat OSIS sebagai organisasi siswa yang terdapat di sekolah. Ternyata, di kampus kita juga akan menemukan yang namanya Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Organisasi Mahasiswa (Ormawa).

Sejatinya, dinamika dunia perkuliahan terkenal lebih dinamis. Termasuk kepada banyaknya anggapan bahwa menjadi seorang organisatoris (orang yang aktif berorganisasi), akan cenderung lebih mudah menjadi mahasiswa abadi (mahasiswa yang tidak lulus-lulus).

Singkatnya, berorganisasi hanya membuat nilai kita kecil atau turun sampai resiko paling tinggi yaitu sulit lulus kuliah. Sehingga, banyak diantara mahasiswa yang terjebak akan orientasi tersebut. Padahal, pendapat semacam itu hanyalah mitos belaka.

Dengan berorganisasi kita dapat memiliki banyak relasi. Selain itu, kita juga dapat mengembangkan kemampuan diri. Ditambah kita juga terbiasa untuk berkomunikasi serta berkolaborasi. Meski seringkali terjadi dinamika organisasi atau kelompok. Akan tetapi, kita akan belajar secara langsung di lapangan untuk bagaimana mengatasi permasalahan yang ada. Hal semacam itu, tentu saja akan menunjang pertumbuhan atau bahkan peningkatan softskill yang kita miliki. Ditambah pula, fenomena tersebut sangatlah rentan terjadi pada dunia kerja. Secara tidak langsung, dengan berorganisasi kita sedang mempersiapkan diri untuk dapat menghadapi tuntutan dalam dunia kerja yang sesungguhnya.

Ingatlah bahwa tidak akan ada guru yang lebih baik dari pengalaman.

Adapun orientasi mengenai IPK tinggi tidak akan didapat jika kita menjadi seorang organisatoris adalah hoax semata. Secara pribadi, penulis sangat aktif dalam berbagai organisasi. Bahkan seringkali mengambil peran sebagai pengurus inti dalam keberlangsungannya. Secara bersamaan, penulis juga memperoleh IPK tinggi dengan status yang terbilang cumlaude.

Menyandang status sebagai organisatoris, tidak menghalangi penulis untuk mendapat angka 3,90 pada laman IPK. Dikarenakan kedua hal tersebut, dapat kita jalankan secara bersamaan. Jika kunci dari keberhasilan organisasi adalah komunikasi. Maka, kunci untuk mendapatkan IPK tinggi dan menjalankan status sebagai organisatoris secara bersamaan adalah time management.

Kita hanya perlu mengatur waktu yang kita miliki. Sebab, setiap orang memiliki 24 jam yang sama. Tinggal bagaimana kita menentukan skala prioritas, mengenai hal-hal yang hendak kita kerjakan. Ingatlah bahwa kedua hal tersebut sama pentingnya. IPK tinggi, akan membuat orang tua kita senang dan bangga. Serta perantara komunikasi, bahwa kita sudah belajar sebaik mungkin. IPK tinggi juga menjadi gambaran, sudah sejauh mana kita dapat memahami apa yang kita pelajari. Meski hal tersebut, tidak selalu menjadi ukuran murni. Akan tetapi, dengan mendapat IPK tinggi kita juga akan mempunyai peluang yang lebih besar untuk mendapatkan beasiswa. Sehingga, mampu untuk sedikit mengurangi beban orang tua.

So, keduanya sama penting. Memperdalam ilmu pengetahuan dan memperbanyak wawasan. Disertai dengan peningkatan kualitas diri, adalah bukti bahwa kita siap untuk melakukan perubahan. Kembali kepada peran mahasiswa sebagai Agent of Change, Agent of Control, dan Iron Stock.

Artikel ini dibuat berdasarkan pengalaman nyata penulis. Diharapkan pembaca dapat mengambil manfaat dari apa yang telah dituliskan. Segala hal baik berasal atas izin Tuhan. Sementara, salah dan kekeliruannya berasal dari diri penulis secara pribadi. Untuk itu, kritik dan saran serta masukan yang membangun masih sangat penulis butuhkan.

Gunakan waktumu sebaik mungkin, dan berhentilah untuk membandingkan pencapaian diri dengan orang lain. Karena manusia memiliki garis waktunya masing-masing.

Sebab, setiap masa ada orangnya. Dan setiap orang ada masanya.

IPK tinggi vs Organisatoris? Kenapa Nggak Keduanya! Kita sudah buat Time Management ko 🙂

Jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatan dan menerapkan 3 M (Memakai Masker, Mencuci Tangan, dan Menjaga Jarak).

Gunakan maskermu, selamatkan nyawamu dan ciptakan karyamu.

Salam Berkarya, Salam Milenial.

Tags

Jannatul Ma'wah

Lulusan Sarjana Pendidikan Non Formal dengan Indeks Prestasi Kumulatif 3,79/4.00. Pribadi yang memiliki rasa percaya diri dan semangat yang tinggi. Mampu bekerjasama dalam tim maupun secara individu. Mampu bekerja dibawah tekanan dan sangat berambisi untuk terus belajar. Memiliki banyak pengalaman baik dalam berorganisasi maupun berprestasi terutama dalam mengajar dan menulis. Ingin mengenal lebih dekat kunjungi profil Instagram @Jannah_1409 atau Jannatul.mawah1409@gmail.com

Related Articles

4 Comments

  1. Tergantung me manajemen saja, its okay wkwk
    Tapi bagi sy pribadi belum maksimal untuk berkecimpung d organisasi hehhe
    Tapi ikut kok beberapa 😁

    1. No problem readers 🤍 Step by step, nikmatin setiap prosesnya yaaaa. Salam Milenial 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
Close
Close