Artikel

Kita Bukanlah Beban Keluarga!

MilenialPos.com – Halo Sobat Milenial! Kembali lagi bersama penulis yang Milenial ini hihi. Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengungkapkan uneg-uneg dari lubuk hati yang paling dalam lho. Eits, tapi ini bukan soal percintaan yah hahaha. Ini soal keresahan yang penulis rasakan. Terkait sebutan “Beban Keluarga” yang hingga kini tengah naik daun.

Entah bagaimana sebutan seperti itu, seakan sudah menjadi hal yang lumrah bagi kaum Milenial saat ini. Padahal, tidak ada satu pun anak di dunia ini yang pantas disebut sebagai beban keluarga! Tidak Pernah ada!

Biasanya, banyak anak yang menyebut dirinya sendiri hanyalah menjadi beban keluarga. Hanya karena anak tersebut belum mampu mencari nafkah sendiri? Hanya karena anak tersebut memiliki keterbatasan dalam membantu orangtuanya? Hanya karena anak tersebut memiliki keinginan yang kuat akan suatu hal yang positif namun tidak selaras dengan keinginan orangtuanya? Hanya karena sang anak tidak memiliki kemahiran dalam bidang apapun? Hanya karena apalagi?

Kenapa perasaan semacam itu bisa ada? Padahal, anak adalah tanggungjawab orangtuanya secara penuh. Apakah kita pantas untuk berpikir bahwa tanggungjawab yang diemban oleh orang tua kita hanyalah beban semata? Datang dari mana pemikiran semacam itu?

Anak adalah anugerah yang Tuhan titipkan atas dasar kasih sayang. Kasih sayang yang hadir mungkin saja berupa rezeki yang berlimpah. Kepatuhan seorang anak, atau pun kesehatan yang terjamin. Kita ga pernah tahu bentuknya akan seperti apa. Tapi kita mengetahui bahwa apapun yang telah ditakdirkan adalah yang terbaik.

Sebesar apapun kita merasa bahwa kita hanyalah berperan sebagai beban. Sebaiknya usahakan bahwa perasaan tersebut dapat dihilangkan. Pahami bahwa orangtua memiliki tugas dan tanggungjawab secara penuh terhadap anaknya. Sampai anak itu menikah dan memiliki keluarga sendiri. Jadi, sebutan “BEBAN KELUARGA” itu tidak pantas ada! Yang ada hanyalah sebuah Tugas dan Tanggungjawab.

Dalam Pasal 26 ayat (1) UU 35/2014 dijelaskan bahwa orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk:

  1. Mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak;
  2. Menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya;
  3. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak; serta
  4. Memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pekerti pada anak.

Kemudian, anak yang sudah berusia di atas 18 tahun dan sudah kawin. Berdasarkan UU 1/1974 dan UU 35/2014, anak tersebut tidak termasuk sebagai kewajiban dan tanggungjawab orangtua nya lagi.

Akan tetapi, pada kondisi tertentu orangtua tetaplah mempunyai tanggungjawab secara moral untuk membantu anaknya ketika sedang berada dalam masalah. Begitu pun sebaliknya, dan hal itu bukanlah beban! Melainkan sebuah tanda kasih sayang dan cinta.

Jangan sampai streotipe negatif seperti sebutan “Beban Keluarga” menjadi tameng bagi orangtua yang tidak bertanggungjawab untuk tidak melaksanakan tugas dan kewajibannya. Dengan kata lain, dapat menormalisasikan terlantarnya sang anak karena hanya dianggap sebagai beban semata.

Melalui artikel ini, dengan segala kerendahan hati. Penulis memiliki permohonan kepada seluruh pembaca Milenial yang masih memiliki akal sehat dan hati nurani untuk tidak lagi menyebut diri sendiri atau pun orang lain sebagai “beban keluarga”.

Ingatlah bahwa kita bukanlah beban keluarga!

Salam Akal Sehat. Salam Berkarya. Salam Milenial.

Tags

Jannatul Ma'wah

Lulusan Sarjana Pendidikan Non Formal dengan Indeks Prestasi Kumulatif 3,79/4.00. Pribadi yang memiliki rasa percaya diri dan semangat yang tinggi. Mampu bekerjasama dalam tim maupun secara individu. Mampu bekerja dibawah tekanan dan sangat berambisi untuk terus belajar. Memiliki banyak pengalaman baik dalam berorganisasi maupun berprestasi terutama dalam mengajar dan menulis. Ingin mengenal lebih dekat kunjungi profil Instagram @Jannah_1409 atau Jannatul.mawah1409@gmail.com

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
Close
Close